JAKARTA (suaralira.com) - Kader dan pengurus Persaudaran Muslim Indonesia (Parmusi) mengancam akan keluar dan tidak lagi ikut bersama-sama orang yang ingin menghancurkan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dalam kancah politik nasional. PPP di bawah kepemimpinan Djan Faridz akan kehilangan sebagian ruh, ketika melakukan penegasian dan pengingkaran sejarah.
Menurut Ketua DPP Parmusi Syafrudin Anhar di Jakarta, Selasa (22/3), ketika satu persatu ruh itu tercerabut dari akar relung tubuhnya, maka kekuatan, energitas dan sinergisitas PPP di bawah kepemimpinan Djan Faridz akan melemah, lunglai tidak berdaya, jika tidak mau diaktakan almarhum, mati alias musnah dari perpolitikan di Indonesia.
“Kami kader dan pengurus Parmusi sekaligus kader, aktivis dan pengurus PPP di bawah Djan Faridz, tidak menghendaki PPP ini musnah dalam perpolitikan nasional. Karena itu kami tidak ingin ikut dan bersama orang yang akan memusnahkan PPP di pentas politk Indonesia, “ kata Ketua DPP Parmusi Syafrudin Anhar di Jakarta, Selasa (22/3).
Ditegaskan Syafrudin, niatan Parmusi yang menginginkan dan menghendaki keutuhan dan keberlangsungan PPP dalam proses politik di Indonesia, hendaknya tidak dilihat secara negatif dan syakwasangka. Langkah Parmusi saat ini dilakukan dalam rangka menjaga dan memelihara ruh dan ideologi Parmusi.
“Kami tidak mundur, tapi tidak ingin ikut bersama orang-orang yang menegasikan keberadaan Parmusi di PPP. Kalau nyata-nyata tak ingin PPP solid, bersatu dan utuh, maka pilihan terakhirnya akan mencari teman yang sejalan untuk menyelamatkan PPP, “ katanya.
Ditambahkan Syafrudin, pihaknya menggelar konperensi pers, untuk mengoreksi kesalahpahaman PPP di bawah kepemimpinan Djan Faridz yang memiliki niat untuk menegasikan Parmusi dalam proses islah yang telah bergulir ini. Menegasikan Parmusi sama saja mengingkari sejarah berdirinya PPP. Bagaimana pun Parmusi turut membidani lahirnya PPP.
‘Oleh karena itu, bila ada lembaga atau orang atau oknum yang menyatakan Parmusi saat ini bukan bagian dari terbentuknya PPP merupakan pikiran dan tindakan yang mengingkari , mengaburkan dan mencelakakan sejarah,” tegasnya. (***)